METODE DEUKUET, DEUDEUH, IMEUT
STRATEGI MELAWAN KEKERASAN BERBASIS GENDER
DI SMA MEKAR ARUM
Peserta didik merupakan generasi penerus dan aset masa depan bangsa, melalui pendidikan di sekolah, siswa-siswi ini diberikan ilmu pengetahun untuk tumbuh dan berkembang untuk menggapai cita-citanya. Tetapi kenyataannya dalam kehidupan bersekolah seringkali terjadi berbagai macam masalah, salah satunya adalah kekerasan berbasis gender (Gender-Based Violence – GBV). Permasalahan ini banyak disebabkan dari budaya stereotip yang diterapkan pada anak dalam lingkungan sekolah oleh teman sebaya, kakak kelas, bahkan guru.
Kekerasan berbasis gender merupakan suatu tindakan yang membahayakan fisik, seksual dan psikologi yang dilakukan secara paksa berdasarkan perbedaan gender siswa laki-laki dan siswi perempuan (The International Federation of Red Cross and Red Crescent Societies – IFRC, 2016 dan Inter-Agency Standing Committee – UNFPA, 2005). Bahaya dengan adanya kekerasan berbasis gender relatif lebih banyak dirasakan oleh siswi perempuan, dari pada siswa laki-laki. Mayoritas korban dan penyintas kekerasan seksual adalah perempuan, tetapi perlu digaris bawahi siswa laki-laki juga bisa menjadi korban kekerasan berbasis gender apabila siswa tersebut berada pada posisi yang tidak berkuasa (lemah) jika dibandingkan dengan siswa maupun siswi lainnya (Inter-Agency Standing Committee, 2005:4).
Di sekolah-sekolah yang ada di Daerah Provinsi Jawa Barat sering terjadi kasus kekerasan berbasis gender yang dilakukan oleh siswa kepada siswa maupun guru kepada siswa. Untuk mencegah terjadinya kasus tersebut, SMA Mekar Arum semenjak awal berdiri dari tahun 1991 menerapkan suatu konsep pendekatan secara kekeluargaan berdasarkan kearifan lokal khas Jawa Barat yaitu metode Deukeut, Deudeuh, Imeut. Metode ini terinspirasi dari filosofi silih asah, silih asuh dan silih asih yang mempunyai makna saling mengingatkan, saling mengasihi dan saling membimbing.
Deukeut (Dekat) merupakan metode pendekatan secara personal terhadap peserta didik agar terjalin hubungan yang baik dan harmonis antara staff pengajar dengan peserta didik, maupun peserta didik dengan temannya, tujuannya siswa mempunyai karakter hormat kepada guru, sopan kepada siswa yang lebih tua dan santun kepada siswa yang lebih muda.
Suasana foto bersama yang harmonis antara guru dan siswa
Suasana foto berasama yang harmonis antara guru dan siswa
Dedeuh (Sayang) Memberikan rasa kasih sayang, aman dan nyaman terhadap setiap peserta didik, sehingga guru memiliki peran sebagai Orang Tua ketika berada di sekolah. Dengan adanya rasa sayang ini membuat guru dan siswa saling mengerti satu sama lainnya.
Imeut (Perhatian) setiap guru harus teliti dan memberikan perhatian lebih terhadap setiap murid sehingga setiap masalah siswa sekecil apapun dapat diketahui dan memberikan solusi yang bermanfaat. Bahkan ketika ada permasalahan yang dialami oleh peserta didik mereka tidak ada rasa canggung untuk menceritakannya dan guru memberikan solusi dari masalah yang dihadapi oleh siswanya.
Foto home visit oleh wali kelas dan BP/BK ke rumah setiap siswa
Deukeut, deudeuh dan imeut merupakan suatu pondasi kuat yang ada di SMA Mekar Arum, dengan adanya metode ini kekerasan berbasis gender dapat dicegah dan diatasi.
DAFTAR PUSTAKA
The International Federation of Red Cross and Red Crescent Societies. 2016. Unseen, Unheard: Gender-Based Violence in Disasters, Asia-Pacific Case Studies. Kuala Lumpur.
Inter-Agency Standing Committee. 2005. Guidelines for Gender-based Violence Interventions in Humanitarian Settings.
0 Komentar