Header Ads Widget

Sepenggal Cerita Seorang Guru

Ticker

6/recent/ticker-posts

IQRA

JABAR BERMASKER (Berbagi Motivasi Kreatif)

Iqra merupakan ayat pertama yang diturunkan Allah ke bumi dan mempunyai arti bacalah. Dalam Al-Qur’an tepatnya di surah Al-Iqra, kata Iqra disebutkan secara berulang kali yang menunjukan bahwa kata tersebut mempunyai makna yang sangat besar. Istilah iqra tidak hanya mencakup membaca, menulis, berhitung, mengenal, meneliti, dan menganalisis, tetapi juga mencakup menghimpun atau menggabungkan sehingga menjadi sesuatu yang baru, menghasilkan ilmu pengetahuan baru, dan berguna.

Penemuan ilmu pengetahuan baru tidak akan pernah terjadi tanpa adanya perintah Iqra atau literasi. Frasa literasi atau dalam bahasa latin disebut literatus mempunyai arti orang yang belajar. Arti belajar itu sendiri adalah kemauan untuk meningkatkan kemampuan membaca, menulis, dan berhitung. Namun pada zaman sekarang ini, dengan semakin pesatnya perkembangan teknologi istilah literasi mempunyai makna yang lebih luas seperti memahami, berbicara, menggunakan, menganalisis, mentranformasi teks, dan seterusnya. Literasi juga memiliki banyak variasi, seperti literasi media, literasi komputer, literasi sains, literasi keuangan, dan sebagainya. Dengan adanya semangat iqra akan melahirkan dan mendorong pengembangan ilmu dan teknologi, yang harus berbasis pada ketuhanan dan kemanfaatannya bagi umat manusia. Jika tidak, ilmu dan teknologi hanya membawa bencana dan malapetaka bagi manusia, makhluk yang lain, dan bagi alam.

Perintah iqra menjadi motivasi dan penyemangat untuk terus meningkatkan dan mengembangkan keahlian diri kita sebagai seorang guru. Banyaknya program Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan seperti guru pembelajar, guru penggerak dan guru berbagi adalah salah satu terobosan agar guru mampu memunculkan inovasi dan kreatifitasnya dalam melakukan proses pembelajaran dengan peserta didik. Seorang pendidik tidak akan pernah memuculkan ide kreatifnya apabila dia sudah menganggap dirinya sebagai orang pintar dan tidak mau belajar lagi. Saya yang berprofesi sebagai seorang pengajar menyebut pendidik yang merasa dirinya paling pintar justru tidak akan percaya diri dan memperlihatkan ketidakmampuannya apabila dihadapkan dengan inovasi atau pengetahuan baru yang muncul.

Menjadi seorang guru adalah profesi yang sangat terhormat, bukannya menjadikan kita mempunyai sifat sombong dan menganggap diri sendiri sebagai orang yang paling pintar. Guru mempunyai tugas yang mulia untuk mendidik siswa para penerus bangsa. Pendidik dituntut untuk selalu berinovasi dalam menciptakan suasana belajar yang nyaman dan menyenangkan bagi peserta didiknya. Apalagi dalam keadaan sekarang yang semakin mewabahnya pandemi virus corona, membuat kita harus selalu berkreasi dan menciptakan ide baru dalam melaksanakan pembelajaran jarak jauh secara daring, agar siswa tidak menjadi bosan dan tetap semangat belajar walaupun harus dilaksanakan di rumahnya masing-masing.

Dengan adanya penyebaran virus corona membuat banyak sekolah ditutup dan tidak boleh menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar secara tatap muka serta harus melakukan pembelajaran jarak jauh secara daring.  Dengan adanya kebijakan tersebut tidak menyurutkan semangat saya untuk terus belajar meningkatkan kemampuan diri khususnya dalam melaksanakan proses pembelajaran secara daring. Dengan adanya webinar atau pelatihan online tentang cara mengajar atau model pembelajaran yang bagus digunakan saat pandemi, menjadi peluang bagi saya untuk terus mengembangkan diri dan memperoleh ilmu baru. Salah satu pelatihan yang pertama kali diikuti adalah pemanfaatan Learning Manajemen System Schoology untuk pembelajaran daring yang diselenggarakan oleh P4TK IPA Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Pelatihan ini dilaksanakan dalam jangka waktu dua minggu secara daring. Pada waktu kelulusan saya mendapatkan nilai yang memuaskan dan Ilmu yang diperoleh sungguh banyak sekali seperti cara penggunaan aplikasi schoology dalam pembelajaran daring dan bagaiamana caranya berinteraksi dengan siswa secara tatap maya.

Setelah lulus mengikuti pelatihan tersebut, ternyata kemampuan saya untuk menyiapkan proses pembelajaran secara daring masih banyak kekurangan, salah satunya yaitu cara membuat video pembelajaran atau multimedia interaktif yang efektif dan dapat dikombinasikan dengan penggunaan LMS Schoology. Pada satu waktu ketika lagi membaca artikel di internet secara tidak sengaja membaca pengumuman bahwa Pusat Data Teknologi dan Informasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mengadakan pelatihan pembelajaran berbasis TIK (PembaTIK) dan seleksi duta rumah belajar.

Tanpa pikir panjang sayapun ikut mendaftar karena pasti akan bermanfaat pada saat kegiatan belajar mengajar secara daring. Hal pertama yang melintas dalam pikiran adalah bukan untuk ikut seleksi duta rumah belajarnya, tetapi ingin memperoleh pengetahuan baru bagaiamana caranya membuat pembelajaran berbasis TIK. PembaTIK merupakan program Peningkatan Kompetensi TIK guru yang mengacu pada kerangka kerja peningkatan kompetensi TIK guru UNESCO. Standar kompetensi TIK ini terdiri dari empat level, yaitu level literasi, implementasi, kreasi, dan berbagi (4i leveling). Manfaat dengan adanya pelatihan ini mampu meningkatkan kemampuan TIK sesuai dengan perkembangan teknologi terkini, mendapatkan sertifikat pada setiap level dengan skala nasional dan berkesempatan untuk menjadi Duta Rumah Belajar. Alhamdulillah setiap level yang dilalui telah meningkatkan kemampuan saya menggunakan perangkat teknologi untuk mendukung proses pembelajaran secara daring dan sesuai dengan perkembangan pada saat ini. Dan syukur Alhamdulillah dengan semangat untuk terus mencari ilmu, sampai detik ini saya masih mengikuti pelatihan pembaTIK bahkan lulus level empat dan menjadi 30 peserta terbaik dari Provinsi Jawa Barat serta berkesempatan untuk menjadi duta rumah belajar.

Semua pelatihan yang telah diikuti adalah proses untuk terus mengembangkan dan meningkatkan keahlian diri dalam menghadapi pembelajaran abad 21. Dimana guru dituntut harus memulai satu langkah perubahan yaitu merubah pola pembelajaran tradisional yang berpusat pada guru menjadi pola pembelajaran yang berpusat pada peserta didik. Pola pembelajaran yang tradisional bisa dipahami sebagai pola pembelajaran dimana guru banyak memberikan ceramah sedangkan peserta didik lebih banyak mendengar, mencatat dan menghafal. Satu hal lain yang pentng yaitu guru akan menjadi contoh pembelajar (learner model), guru harus mengikuti perkembangan ilmu terakhir sehingga sebetulnya dalam seluruh proses pembelajaran ini guru dan peserta didik akan belajar bersama namun guru mempunyai tugas untuk mengarahkan dan mengelola kelas. Karakteristik pembelajaran abad 21 dapat dibangun melalui pengintegrasian teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dalam proses pembelajaran. 

 



Posting Komentar

0 Komentar