Header Ads Widget

Sepenggal Cerita Seorang Guru

Ticker

6/recent/ticker-posts

Sampah Kita adalah Pahlawan dan Penyelamat Bumi Di Masa Depan

Ilustrasi membuang makanan. (Greeners.Co)


Waktu Begitu cepat berlalu menyisakan berbagai persoalan hidup yang harus diselasaikan, Sampah sisa makan merupakan salah satu masalah pelik kehidupan yang tak kunjung usai. Semakin lama dari hari ke hari bahkan setiap tahunnya banyak sekali makanan yang kita konsumsi, hal ini juga menunjukan bahwa semakin banyak sampah makanan yang tersisa. Dari kulit buah, sisa potongan sayuran, nasi, dan masih banyak lagi. Menurut data Food Agriculture Organization, hampir sepertiga makanan yang diproduksi untuk manusia terbuang setiap tahunnya. Berdasarkan data Bappenas, rata-rata tiap tahunnya ada 13 juta ton makanan di negara kita yang terbuang sia-sia. Ini setara dengan Rp 2 triliun. Wow sungguh fakta yang begitu mencengangkan terkait permasalahan sampah siswa makan. Bahkan di kota-kota besar sendiri masalah sampah ini lama kelamaan menjadi masalah lingkungan hidup yang sangat serius, contohnya di kota tempat tinggal saya yaitu Kota Bandung, berdasarkan data dari Bandung food smart city menjelaskan bahwa Bandung Sebagai Ibu Kota Jawa Barat, sangat bergantung kepada stok pangan yang di impor dari luar daerah sebanyak 90%. Namun hal tersebut kontraproduktif bila melihat data dari Dinas Lingkungan Hidup Kebersihan timbulnya sampah Kota Bandung rata-rata mencapai 1.477 ton perharinya. Dari jumlah sampah tersebut, sebagian besar merupakan sampah organik atau bersumber dari pangan. Sampah organik sebesar 63% atau sekitar 930 ton.

 

 

Gambar Lingkungan Sekolah Bebas Sampah. (Dokumentasi Foto Sekolah)


Bergerak dan berkolaborasi menjadi solusi dari masalah serius semakin banyaknya sampah makanan di Kota Bandung. Mulailah bergerak dari hal kecil baik itu dari diri kita sendiri, lingkungan rumah dan tempat kita bekerja untuk mengatasi masalah sampah sisa makanan. Salah satu tempat yang memiliki potensi produksi sampah yang tinggi dalam suatu kota adalah sekolah. Dengan pengguna tetap yang berada di sekolah yang memiliki aktivitas rutin, bahkan di hari libur, tentu terdapat berbagai jenis sampah setiap harinya. Sampah yang biasa dihasilkan pada bangunan pendidikan seperti sebuah sekolah berupa sampah organik, sampah yang dapat didaur ulang, dan sampah tidak dapat didaur ulang. Sampah organik berasal dari sisa-sisa makanan atau jajanan para siswa atau pun sisa-sisa masakan dari kantin atau warung makan serta sampah rumput dan tanaman dari taman yang berada lingkungan sekolah.

 

SMA Mekar Arum Cileunyi tempat saya bekerja merupakan salah satu pusat kegiatan pendidikan yang menghasilkan sampah seperti bangunan pendidikan lainnya. Sampah yang dihasilkan berasal dari kegiatan belajar mengajar, konsumsi makanan, dan sampah organik. Dengan produksi sampah yang banyak, bangunan pendidikan seperti SMA Mekar Arum ini memiliki sistem pengelolaan sampah yang baik dengan cara bekerjasama dengan Dinas setempat, agar sampah-sampah yang dihasilkan dapat dikelola dengan tepat dan sampah-sampah tersebut dapat dimanfaatkan kembali.

 

Gambar Tempat Sampah di Kantin. (Dokumentasi Foto Sekolah) 

 

Bebas sampah makanan menjadi slogan wajib dan aksi nyata sekolah menuju lingkungan yang bersih dan nyaman untuk proses pembelajaran. Untuk mewujudkan itu semua tidak dapat dilakukan oleh seorang diri baik itu kepal sekolah, guru maupun murid. Harus ada kolaborasi diantara semua pihak terkait untuk bekerjasama dan bergotong royong demi terciptanya lingkungan yang bebas sampah makananan. Peran Kepala Sekolah disini sangat penting untuk terus mengedukasi semua warga sekolah tentang manfaat sampah sisa makan yang berguna bagi kehidupan di masa sekarang dan kedepannya seperti penggunaan pupuk organik dan bahan bakar alternatif dari sampah organik makanan.

 

Sekolah secara aktif bergerak dan berkolaborasi dengan semua warga sekolah dan tempat pembuangan sampah organik yang ada di Gedebage Kota Bandung. Warga sekolah mulai dari pimpinan, pendidik, tenaga pendidik dan siswa mulai bergerak dari hal terkecil dengan tidak menyisakan makanan yang dikonsumsinya. Apabila nantinya ada sampah makan, sekolah melakukan proses pengolahan sementara melalui pembuangan di tempat-tempat sampah yang telah disediakan. Selanjutnya pengolahan sampah tersebut melalui proses pengepakan yang akhirnya nanti akan di bawa ke tempat pembuangan sampah organik yang ada di pasar Gedebage Kota Bandung. Kerjasama antara sekolah dengan tempat pengolahan sampah yang ada di Gedebage ini sudah berjalan cukup lama tepatnya dimulai pada tahun 2019. Sampah sisa makanan yang dikirim oleh sekolah akan diproses melalui biodigester.  Pengolahan Sampah Organik  biodigester berkapasitas 2 ton sampah per hari ini dijadikan sumber energi bahan bakar alternatif berupa Slurry untuk media tanaman (hidroponik dan pupuk cair) dan gas metan untuk kebutuhan (memasak dan genset), sekaligus dalam mengurangi polusi sampah dan emisi gas rumah kaca.

Biodigester Gedebage Kota Bandung (pojokbandung.com)


Adanya kolaborasi dengan pihak terkait mempunyai dampak yang positif bagi lingkungan yang bebas dari sampah makanan. Tidak hanya sampai disini saja sekolah terus bergerak dan membuat program serta kebijakan terkait pengurangan sampah sisa makan yang dikonsumsi setiap harinya oleh warga sekolah. Kota-kota besar yang ada di Indonesia akan terhindar dan bebas sampah dengan cara bergerak dan berkolaborasi, mulailah dari hal terkecil untuk menciptakan suatu ekosistem yang besar, sepertinya halnya yang saya lakukan adalah memulai dari tempat bekerja yaitu sekolah dengan cara mendidik, mensosialisakan kepada warga sekolah dan bekerjasama dengan tempat pembuangan sampah yang ada di kota Bandung dengan menanamkan pikiran positif bahwa  Sampah Kita adalah Pahlawan dan Penyelamat Bumi Di Masa Depan” demi terwujudnya negara yang lebih bersih dan terbebas dari sampah makanan.

Posting Komentar

0 Komentar